(PGRI MAPPI.ORG) Jumat, 21 Maret 2025. Di tengah pesatnya arus modernisasi, Sekolah Dasar (SD) YPPK St Paulus Wanggate, Distrik Obaa, Kabupaten Mappi, Papua Selatan, berkomitmen untuk melestarikan budaya lokal. Salah satunya dengan menyelenggarakan latihan tarian tradisional “Berkarya” yang dibimbing oleh Lodefikus Katanimu, pelatih tari dan anggota Lembaga Adat (LMA) serta Ketua Sanggar Nadunin.
Tarian “Berkarya” merupakan tarian yang menceritakan tentang proses mencari makan dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Tarian ini sangat disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa, namun terancam punah jika tidak dilestarikan.
Melihat hal ini, para guru Sekolah Dasar di wilayah tersebut mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan latihan tarian “Berkarya” bersama orang tua murid. Tujuannya adalah untuk mengajarkan tarian tersebut kepada anak-anak dan menghidupkan kembali tradisi lokal yang berharga.
Imanuel Alomalai, seorang guru honorer di SD YPPK St Paulus Wanggate, menyatakan komitmennya untuk melestarikan budaya lokal di kampung Wanggate. Beliau meyakini bahwa melestarikan budaya lokal sangat penting untuk menjaga identitas dan kebudayaan masyarakat di daerah tersebut.
“Sebagai guru yang bertugas di sekolah ini, saya merasa terpanggil untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya lokal agar tidak punah. Saya mendukung sepenuhnya pelestarian budaya lokal di Sekolah Dasar ini maupun di kampung Wanggate,” ujar Imanuel Alomalai.
Beliau menekankan bahwa pelestarian budaya lokal merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga sekolah dan masyarakat di kampung Wanggate. Melalui pelestarian budaya lokal, diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri serta menghidupkan kembali tradisi-tradisi lokal yang hampir lupa.
“Kami sangat mengharapkan agar anak-anak dapat berlatih dengan baik dan memahami makna dari tarian “Berkarya”. Melalui latihan bersama ini, kami ingin menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya kita sendiri,” ujar salah satu guru SD.

Tarian “Berkarya” dihiasi dengan atribut yang lengkap, antara lain:
- Cawat: Digunakan oleh penari laki-laki dan perempuan.
- Tombak dan Salawuku: Dibawa oleh penari laki-laki.
- Manik-manik: Digunakan oleh semua penari laki-laki dan perempuan.
- Gelang Tangan: Digunakan oleh penari laki-laki dan perempuan.
- Mahkota: Digunakan oleh penari laki-laki dan perempuan.
- Ukiran Wajah: Ada perbedaan ukiran wajah untuk penari laki-laki dan perempuan.
Atribut-atribut tersebut digunakan saat penampilan tarian, baik saat pertunjukan maupun saat penjemputan tamu dengan diringi oleh alat musik tifa.
“Semoga kami dan para pelatih sanggar dapat terus melestarikan budaya kita di tanah ini. Semoga Tarian “Berkarya” dapat tetap lestari dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi penerus,” harap Lodefikus Katanimu, pelatih tarian “Berkarya“. (Tim Red)